
Siapa yang udah nonton film Home Sweet Loan? Senin kemarin aku habis nonton bareng Lovise dan berhasil bikin aku nangis tersedu-sedu. Film ini bikin aku mikir panjang tentang arti keluarga, mimpi, dan perjuangan. Fokus utama film ini adalah Kaluna, si anak bungsu yang punya ambisi besar: punya rumah sendiri.
Kaluna, Korban Ambisi yang Terlalu Tinggi
Kaluna digambarkan sebagai sosok yang sangat mandiri dan pekerja keras. Dia banting tulang demi mengumpulkan uang untuk membeli rumah. Sayangnya, ambisinya ini malah membuat Kaluna hidup tertekan. Dia hidup hemat banget, gak pernah jajan, selalu bawa bekal ke kantor, kemana-mana naik bis, gak langganan spotify, bahkan kerja sampingan sebagai model dengan bayaran 350 ribu. Pertanyannya, apakah mimpi punya rumah dengan DP 300 juta itu sebanding dengan kebahagiaan yang dia korbankan?
Menurutku, Kaluna terlalu fokus pada tujuan akhir tanpa menikmati prosesnya. Dia lupa kalau hidup itu gak cuma tentang materi. Punya rumah memang impian banyak orang, tapi gak harus jadi beban. Kenapa gak coba cari solusi lain yang lebih realistis, seperti ngekost misalnya?
Lagipula ya Kal, kalo cuma punya DP 300 juta yang jangan survei rumah di Andara. Ya kali uang mepet tapi pengen tetanggaan sama Raffi Nagita?
Keluarga Toxic dan Tidak Adil
Keluarga Kaluna juga jadi pusat konflik di film ini. Orang tuanya (terutama ibu) yang terlalu memanjakan anak laki-laki satu-satunya, sikap kakak-kakaknya yang numpak seenaknya dan gak tau diri, membuat Kaluna merasa terasing di rumah sendiri. Situasi ini yang membuat Kaluna semakin ingin membebaskan diri dari keluarganya dan punya tempat tinggal sendiri.
Sayang anak itu wajib, tapi bukan berarti selalu memberikan kemudahan , biarkan anak bertemu kesulitan dan berjuang, gak ada yang instan di dunia ini. Mie instan aja butuh 3 menit masaknya.
Aku setuju kalau setiap orang berhak punya privasi, tapi keluarga juga penting. Sayangnya, dalam film ini, keluarga Kaluna justru jadi sumber tekanan buat dia. Ini jadi pengingat buat kita semua bahwa keluarga yang sehat itu penting, dan orang tua harus bisa adil dalam memperlakukan anak-anaknya.
Pelajaran dari Home Sweet Loan
Dari film ini aku belajar:
- Jangan terlalu fokus pada materi. Kejarlah mimpi, tapi jangan sampai mengorbankan kebahagiaan.
- Carilah solusi yang lebih realistis. Tidak semua masalah harus diselesaikan dengan cara yang ekstrem. Capek serumah sama 3 keluarga, terus cita-citanya beli rumah di Andara, ya susah.
- Keluarga itu penting, tapi harus sehat. Semua udah tahu lah ya soal ini, keluarga toxic bisa merusak mental. Yuk, berhenti di kamu.
- Jangan takut untuk speak up. Jika kamu merasa tidak nyaman, sampaikanlah. Kaluna yang speak up aja tetap ngenes nasibnya di rumah, apalagi kalo dia diem dan pasrah aja coba?
Buatku, Home Sweet Loan adalah film yang menyentuh dan realistis, sangat dekat dengan realita hidup kita sehari-hari. Kalo kata anak-anak sekarang, I can relateee, ceunah. Film ini berhasil menggambarkan dilema yang sering dialami oleh generasi kita, terutama dalam hal keuangan dan keluarga. Meskipun ceritanya banyak sedihnya, film ini juga memberikan banyak pesan positif tentang pentingnya menghargai diri sendiri dan menikmati setiap proses mencari kebahagiaan.
Tenang, filmnya gak sesedih itu kog, banyak juga adegan lucu yang pecah di tengah-tengah scene. Kaluna gak semenderita itu, dia punya circle pertemanan yang sehat dan menyenangkan. Yang selalu supportif dan rela tiap weekend nemenin dia survei rumah, wkwkwkw.
Leave a Reply